-->
Home , → Subordinasi dalam Trinitas

Subordinasi dalam Trinitas

Thursday, 11 September 2014
Subordinasi dalam Trinitas - Memang kata "trinitas" tidak ditemukan secara eksplisit dalam Alkitab. Namun ini tidak berarti bahwa konsep tersebut tidak diajarkan dalam Alkitab. Seperti juga kata "Alkitab" tidak ditemukan secara eksplisit tertulis dalam Alkitab, tapi kita sering menggunakannya. Jadi, jika mengatakan bahwa Tritunggal tidak benar karena kata tersebut tidak ada dalam Alkitab, jelas itu merupakan pemahaman yang keliru.

Nah pertanyaan selanjutnya, apakah ada subordinasi dalam Trinitas? Jawabannya ada, namun bukan dalam hal substansi atau esensi.

•    Bapa mengutus Anak-Nya (1 Yohanes 4:10).
•    Bapa dan Anak mengirimkan Roh Kudus (Yohanes 14:26; 15:26).
•    Bapa menciptakan (Yesaya 44:24).
•    Anak sebagai penebus / juruselamat (Galatia 3:13).
•    Roh Kudus menguduskan (Roma 15:16).

Namun subordinasi ini tidak berarti bahwa setiap anggota Tubuh Ketuhanan adalah tidak sama keilahiannya. Sebagai contoh, kita melihat bahwa Bapa telah mengutus Anak, tapi ini tidak berarti bahwa Anak tidak sama dengan Bapa dalam esensi dan sifat keilahiannya. Anak adalah sama dengan Bapa dalam keilahian-Nya, tetapi dalam beberapa saat berada lebih rendah dalam inkarnasi-Nya sebagai manusia. Seperti halnya Alkitab berkata bahwa seorang istri harus tunduk pada suaminya, tapi ini tidak berarti bahwa isteri tidak sama derajatnya dari segi kemanusiaan, esensi, atau kesetaraan dengan suami. Analogi lainnya seperti seorang raja dan hambanya adalah sama dalam esensinya sebagai manusia. Namun seorang raja memiliki wewenang untuk mengirimkan hamba dalam melakukan kehendak-Nya. Tapi itu jelas tidak berarti keduanya tidak sama dalam kedudukannya sebagai manusia. Yesus sendiri berkata : "Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku" (Yohanes 6:38). Memang, tentu saja Yesus adalah Raja, namun analogi diatas hanya untuk menunjukkan bahwa karena seseorang dikirim, bukan berarti mereka berbeda esensi dari orang yang mengutusnya.

Dalam berbagai kritik terhadap Trinitas, banyak kritikus menyalahgunakan subordinasi ini sebagai bukti bahwa konsep Tritunggal tidak benar. Mereka beralasan bahwa jika Yesus benar-benar Tuhan, maka Ia akan benar-benar sama dengan Allah Bapa dalam semua aspek. Oleh karena itu, menjadi lebih rendah dari Bapa dengan cara apapun, tidak bisa dibenarkan. Tapi keberatan mereka ini jelas tidak logis. Jika kita melihat analogi raja dan hamba diatas, kita pasti tidak akan mengatakan bahwa hamba itu bukanlah seorang manusia hanya karena ia diutus. Status seorang utusan jelas tidak bisa meniadakan kesetaraan esensinya. Oleh karena itu, fakta bahwa Anak diutus oleh Bapa, tidak berarti bahwa Dia tidak ilahi lagi. Sama seperti ketika anda menyuruh anak anda untuk membeli roti, bukan berarti anak anda bukanlah manusia seperti anda.

Dalam penjelasan diatas memang kita melihat hal lain yang penting tentang Tritunggal yaitu bahwa hal itu bukanlah konsep yang mudah untuk dipahami. Tapi hal tersebut tidak menjadikan keraguan dari kebenaran konsep tersebut. Alkitab adalah wahyu yang menyatakan tentang keberadaan Allah yang tidak terbatas. Oleh karena itu, kita terikat untuk memahami konsep-konsep yang sulit dipahami, terutama ketika berhadapan dengan Tuhan yang kita ketahui tidak dibatasi keberadaannya, dan ada di semua tempat setiap saat. Jadi, ketika kita melihat deskripsi dan atribut Allah diwujudkan dalam subsistensi Bapa, Anak, dan Roh Kudus, kita menemukan penjelasan sepenuhnya yang bisa dipahami dan dimengerti tentang esensi Tuhan itu.

Demikianlah pembahasan mengenai Subordinasi dalam Trinitas.