Empat Tantangan Berat Hadapi Perekonomian 2014 - Setidaknya ada 4 tantangan yang dikemukakan oleh Bapak Chaerul Tanjung selaku CEO PT Group. Pendidikan: D Van Lith. Beliau memberikan pandangan yang harus dihadapi oleh indonesia pada tahun 2014 mendatang, terkhususkan pada bidang Ekonomi. Hal ini pun menjadi pelajaran berharga bagi para pengusaha di negeri kita tercinta Indonesia.
Pada awalnya, seiring dengan melemahnya perekonomian sejumlah negara maju di dunia, seperti Amerika Serikat, banyak dana yang mengalir ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Alhasil, perekonomian Indonesia pun menjadi ciamik. Namun, kini kondisinya justru berbalik. Sejumlah negara yang perekonomiannya buruk mulai membaik. Sebagai dampaknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi melambat.
“Negara-negara maju yang tadinya pertumbuhan ekonominya relatif rendah dan mempunyai banyak masalah, kelihatannya di akhir periode tahun 2013 ini dan akan berlanjut di tahun 2014, sudah mulai menunjukkan tanda-tanda yang membaik. Sementara, negara-negara emerging countries yang tadinya menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di dunia justru terjadi proses perlambatan,” terang Chairul Tanjung, Ketua Komite Ekonomi Nasional yang juga merupakan Chairman CT Corp, di acara seminar yang bertajuk “Prospek Ekonomi Indonesia 2014: Tantangan Ekonomi di Tengah Tahun Politik,” yang diadakan KEN, di Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Chairul Tanjung mengatakan bahwasanya, di AS tingkat pengangguran turun secara signifikan. Data terakhir, kata dia, menunjukkan tingkat pengangguran berada di angka 7,2 persen. “Dan diperkirakan pada kuartal I tahun depan sudah akan mencapai angka di bawah 7 persen,” lanjut dia.
Kalau kondisi perekonomian AS membaik, apa dampak selanjutnya?
Tentu perekonomian yang baik di Amerika membuat kebijakan pemerintah dan bank sentral setempat menjadi berubah. Yang tadinya memberi stimulus dalam jumlah besar agar ekonomi tumbuh, sekarang (setelah ekonomi tumbuh dan) penyerapan tenaga kerja terjadi, tentu mereka ingin menarik stimulusnya kembali. Kenapa? Kalau tidak, akan terjadi inflasi berlebihan di negara tersebut. Efek dari ditariknya stimulus, atau quantitative easing, yang disebut tapering off itu akan menyebabkan tertariknya uang dari pasar dunia. Uang ini tadinya banyak masuk ke emerging countries, termasuk Indonesia.
Dengan tertariknya uang ini, tentu akan berakibat mengalirnya uang dari Indonesia balik ke negara yang tadinya mengeluarkan stimulus tersebut. Sehingga terjadilah arus balik (atau) keluar dana yang ada di negara kita. Tentu berakibat pada mulai melemahnya rupiah dan meningkatnya suku bunga kita.
Hal ini diantisipasi oleh Bank Indonesia dengan mengetatkan ekonomi kita. Dengan mulai meningkatkan suku bunga, dan melakukan stabilisasi sektor keuangan. Tentu hal ini bisa berakibat yang baik untuk jangka pendek. Tapi, kalau salah dosis bisa berakibat buruk untuk perekonomian.
Bagaimana kondisi di negara-negara berkembang?
Kalau sekarang kalau melihat di negara-negara berkembang, seperti China dan India, ternyata pertumbuhan ekonominya turun cukup signifikan. China tumbuh 7 koma sekian persen. Menurut mereka, itu sudah kecil, karena biasanya tumbuh lebih dari 10 persen. India diperkirakan tahun ini tumbuh 4,4 persen.
Mengecilnya pertumbuhan ekonomi di India dan China, akan merubah struktur ekspor kita. Karena terjadi penurunan permintaan dan harga komoditas kita. Dengan terjadinya penurunan harga komoditas maka ekspor kita pun jadi terganggu, karena ekspor masih berbasis pada sumber daya alam yang ada. Ini adalah salah satu faktor yang menjadi tantangan kita di 2014.
Lalu, apa tantangan yang lainnya di tahun depan?
Tantangan kedua adalah kita memiliki peningkatan konsumsi domestik yang luar biasa. Karena jumlah penduduk kita yang besar, dan makin lama makin bertambah. Pertumbuhan penduduk kita masih cukup signifikan.
Dan yang perlu juga diketahui, dengan meningkatnya income, yang tentu kita harus syukuri karena itu menjadi bukti peningkatan kesejahteraan rakyat kita, ternyata peningkatan permintaan yang luar biasa tidak diikuti dengan kenaikan produksi yang cukup. Harusnya konsumsi yang luar biasa besar bisa menggerakkan ekonomi, kalau dibantu dengan produksi yang cukup, dan itu akan jadi kekuatan ekonomi yang luar biasa.
Namun, kenyataannya, peningkatan permintaan yang luar biasa masih harus diikuti dengan bertumbuhnya impor yang luar biasa. Dari sisi komoditas pertanian, kita masih harus impor daging dengan luar biasa besar dan mengimpor kebutuhan-kebutuhan yang lain, karena masyarakat makin sejahtera, sehingga gaya hidup dan konsumsinya berubah. Dari tadinya makan banyak nasi, sekarang makan banyak protein. Sementera, kondisi kita itu produksi banyak beras dan tidak banyak protein sehingga terjadi ketimpangan.
Tentu permasalahan ini juga berakibat pada perekonomian Indonesia dengan defisit perdagangan dan dilanjutkan dengan defisit neraca pembayaran. Ini hal kedua yang jadi tantangan kita. Kondisi serupa juga terjadi di sektor industri, migas, dan sektor lain.
Tantangan ketiga. Tahun ini adalah tahun politik. Seperti kita ketahui, masih banyak investor khususnya dari luar negeri dan sebagian investor dalam negeri, masih wait and see atau menunggu apa yang terjadi di 2014. Pertama, apakah pemilu berjalan dengan baik, apakah pemilu berjalan dengan aman atau tidak aman. Mereka menunggu untuk melakukan realisasi dari apa yang akan mereka lakukan.
Mereka juga menunggu siapa pemimpin Indonesia berikutnya. Apakah dia pro pasar, sangat perhatian terhadap perekonomian, dan mengerti atau tidak mengerti perekonomian kita. Itu menjadi tanda tanya besar. Ini tentu berpengaruh terhadap keputusan para investor. Kondisi ini juga berpengaruh, di mana tampak dari mulai melambatnya pertumbuhan. Ekonomi tetap tumbuh tapi melambat, misalnya dalam hal investasinya, karena menunggu hal-hal seperti itu.
Tantangan keempat. Saya selalu melihat segala sesuatu dengan optimis. Kalau ada tantangan pertama, kedua, ketiga, (tetapi tetap) saya melihat segala sesuatunya dengan optimis. Karena pengusaha katanya harus selalu melihat peluang di antara tantangan yang ada.
Di faktor yang keempat ini, ada juga dua hal yang perlu membuat kita tetap optimis. Karena status demografi kita dengan jumlah penduduk yang besar dan banyaknya manusia yang produktif ketimbang yang tidak produktif, yang dinamakan bonus demografi, itu membuat seperti kalau naik pesawat ada tail wind. Jadi, selalu ada dorongan untuk tumbuhnya konsumsi domestik, walaupun masih banyak impor yang dilakukan.
Dengan situasi seperti ini, maka perekonomian Indonesia tetap masih akan tumbuh, walau tumbuhnya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Kedua, saya selalu dan masih berharap, saya melihat insyaAllah pemilu tahun 2014 akan berjalan dengan baik dan aman. Dan, saya selalu percaya suara rakyat adalah suara Tuhan. Dan, selalu saja hadirnya pemimpin baru membuat euforia terhadap harapan adanya perubahan menuju sesuatu yang lebih baik. Biasanya akan ada perbaikan ekonomi yang cukup signifikan di tahun 2014 akhir, khususnya kuartal IV, setelah pemerintah baru ada. Namun, itu harus diikuti oleh pemerintah baru tersebut dengan langkah-langkah yang sangat fundamental untuk merubah struktur perekonomian kita yang dirasakan masih perlu banyak yang harus diperbaiki. (EVA)
Sekiranya itulah news update yang dikutip melalui website swa.co.id dan semoga saja artikel diatas tadi yang berjudul Empat Tantangan Berat Hadapi Perekonomian 2014 menurut Chairul Tanjung kiranya bisa bermanfaat untuk kita semua, terkususkan bagi para pebisnis Indonesia, guna mencari strategi menghadapi tahun baru mendatang. Pastinya pada tahun tersebut akan banyak terjadi tantangan atau perubahan signifikan perkembangan ekonomi dunia. Ditambah lagi masuknya tahun Politik di Indonesia yaitu Pilpres atau pemilihan umum calon presiden tahun 2014. Sekian dan terima kasih