-->
Home , → Integrasi Kebudayaan

Integrasi Kebudayaan

Tuesday 1 April 2014
Integrasi Kebudayaan ~ Metode Holistik. Cara menganalisi suatu kebudayaan tidak hanya dilakukan dengan berbagai cara merincinya ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil yang dipelajari secara mendetail saja,tetapi juga memahami kaitan antara setiap unsur kecil tersebut sertan antara unsur-unsur kecil itu dengan keseluruhannya. Istilah “holistik” adalah untuk menggambarkan metode pendekatan terhadap suatu kebudayaan sebagai suatu kesatuan yang integral. 

Budaya Indonesia
Sumber Gambar : duniasosiologi.wordpress.com
Antropologi memang mengembangkan beberapa konsep guna memahami kaitan antara unsur-unsur kecil dalam suatu kebudayaan,dan para ahli tertentu juga telah paham akan adanya integrasi atau jaringan berkaitan antara unsur-unsur kebudayaan itu. Namun perlunya mempelajari masalah integrasi kebudayaan itu secara lebih mendalam baru disadari setelah bahwa perlunya mempelajari masalah integrasi setelah tahun 1920. Karena itu muncul konsep-konsep untuk menganalisa masalah integrasi kebudayaan,yakni pemikiran kolektif,fungsi dari unsur-unsur kebudayaan,fokus kebudayaan,etos kebudayaan,dan kepribadian umum. 

Konsep dengan keempat wujud kebudayaan dan konsep tentang ketujuh unsur kebudayaan universal terurai dalam sub-bab terdahulu,telah digabungkan oleh penulis menjadi sutu “kerangka kebudayaan”. 

Pikiran Kolrktif. Pada akhir abad ke19,E. Durkheim,pakar sosiologi dan antropologi Prancis mengembangkan konsep representations collectives(pikiran-pikiran konektif),seperti yang diuraikannya dalam karangannya berjudul Represantations Individuelles Et Represantation Collectives(1898). Cara menguraikan konsep itu pada dasarnya tidak berbeda dengan cara yang dilakukan dalam psikologi untuik mengurangi konsep berpikir. 

Durkheim juga beranggapan bahwa aktivitas-aktivitas serta konsep-konsep rohaniah seperti penangkapan pengalaman,rasa,sensasi,kemauan,keinginan,dan lain-lain,terjadi dalam organisme fisik manusia,dan secara khusus berpangkal di otak dan sistem sarafnya. Akal manusia mampu menghubung-hubungkan proses-proses rohaniah yang primer melaluis proses-proses skunder menjadi bayangan-bayangan;dan semua bayangan mengenai semua hal yang khas menjadi gagasan. Gagasa serupa itu disebutnya representation,dan karena gagasan berada dalam pikiran seseorang,maka gagasa itu disebutnya representation individuelles. 

Perselisihan
Sumber Gambar : riechaltriesnasaputra.blogspot.com
Gagasan-gagasan juga dapat dimiliki oleh lebih dari seorang induvidu,dan bahkan juga oleh sebagian besar warga suatu masyarakat,sehingga dalam hal itu kita bicara tentang “gagasan umum” atau “gagasan masyarakat”,yang oleh Durkheim sebut representation collectives(“gagasan kolektif”). Kecuali itu Durkheim berpandirian bahwa suatu gagasan yang telah dimiliki sebagian besar warga masyarakat sudah bukan lagi suatu gagasan tuggetal mengenai suatu yang khas,tetapi umumnya telah berkaitan dengan berbagai gagasan lain yang sejenis,sehingga menjadi suatu kompleks gagasan-gagasan(representation collcktves). Argar lebih mudah membedakan antara gagasan tunggal dan kompleks gagasan-gagasan,sebaiknya represent tation collectives kita terjemahkan dengan “pikiran kolektif”,sebab perkataan “pikiran” sipatnya lebih luas dari pada “gagasan”. 

Menurut Durkheim,apabila suatu kompleks pikiran kolektif sudah terbentuk dan menjadi mantap,maka seluruh kompleks itu berada di luar diri si individu karena pikiran kolektif serta gagasan-gagasan yang merupakan unsur-unsurnya akan tersimpan dalam bahasa dan dapat tetap memiliki oleh generasi-generasi berikutnya. Selain di luar individu,pikiran kolektif juga berada di atas para warga suatu masyarakat,sehingga menjadi pedoman tingkah laku mereka. 
  • Istilah-istilah lain yang juga sering digunakan selain “pemikiran umum” atau “pemikiran kolektif” adalah configuration,atau istila yang mula-mula digunakan oleh ahli linguistic dan antropologi E. Sapir,di dalam bukunya The Unconsi cious Patterning Of Behavior In Society(1927),dengan arti yang kurang lebih sama dengan representation collectives dari Durkheim. Namun istilah configuration banyak dipakai,dalam antropologi istilah ini kurang berkembang.
 
Demikianlah pembahasan mengenai Integrasi Kebudayaan. Semoga bermanfaat.
Tag »