Makalah: Asal-usul Agama Islam ~ Asslamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Syukur Alhamdulillah kita ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNyalah kita masih sempat bertatap wajah, walaupun hanya di dalam sebuah Dunia Maya. Tak lupa pula Kita panjatkan Shalawat serta salam atas junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari Alam kegelapan menuju Alam terang menderang. Semoga Allah selalu melimpahkannya Rahmat dan Kemuliaan, beserta kepada sahabat dan keluarganya, tabi'in dan tabin tabiin. Amin
Adapun pembahasan kita kali ini berkaitan langsung mengenai Asal-usul Agama Islam, dimana kita diwajibkan memang dalam menetahui seluk beluk agama kita, agar nantinya bisa menguatkan keimanan dan ketakwaan kita, Amin Insya Allah wallahua'lam. Langsung saja berikut adalah Makalah yang berjudul Asal-usul Agama Islam yang disertai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Pembasahan dan Tujuan Penulisan. Kami mohon maaf karena tidak menampilkan Kesimpulan Akhir dan Daftar Pustaka, mungkin kiranya dimaafkan karena makalah yang kami buat jauh dari yg namanya Karya Ilmiah. Afwan
------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alhamdulillah atas berkat dan rahmat Allah SWT, makalah tentang Agma Islam ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Tak lupa juga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.
Makalah tentang agama Islam ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas mata kulia agama pada Prodi Sosiologi Agama Universitas Islam Negri Alauddin Makassar. Dalam penyusunan makalah ini, tak lupa pula kami sampaikan terimakasih kepada Dosen Pembimbing, …….. Kumpulan Makalah [sebutkan nama dosen Anda], atas bimbingan dan support yang telah diberikan selama ini. Kepada teman-teman satu kosma, tak lupa pula penulis sampaikan banyak terimakasih atas sumbangsih pemikirannya dalam menyusun makalah agama ini.
Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih tentu mempunyai banyak data dan informasi yang menarik untuk diteliti dan dideskripsikan. Sebagai sebuah studi Islam (Islamic study) makalah ini akan banyak berfokus pada masalah-masalah realitas sosial dan budaya dalam agama Islam.
Meski ada banyak hambatan, terlebih pada pemilahan dan batasan masalah pada masalah sosial dan budaya dalam Islam, penyusunan terus berusaha menemukan titik terang untuk dapat menunjukkan bentuk keragaman sosial dan budaya dalam Islam melalui makalah kecil ini. Penulis juga menyadari bahwa mungkin sekali ada beberapa hal yang tidak dapat dimasukkan dalam makalah ini karena keterbatasan penulis masuk ke wilayah yang lebih detail, namun penulis tetap berusaha menunjukkan deskripsi umum masalah tersebut.
Harapan penulis, makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negri Alauddin Makassar. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang, juga kepada pembaca secara umum untuk bisa memberikan kritik dan saran kepada penulis.
B. Rumusan Masalah
1. Asal-usul Agama Islam
2. Sejarah Perkembangan Agama Islam
3. Kitab Suci Agama Islam
4. Pokok-pokok ajaran Agama Islam
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Asal-usul Agama Islam.
2. Untuk memahami Sejarah Perkembangan Agama Islam.
3. Untuk mengetahui Kitab Suci Agama Islam.
4. Untuk mengetahui Pokok-pokok ajaran Agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. ASAL USUL AGAMA ISLAM
Agama Islam mulai turunnya wahyu pertama pada tahun 622 yang diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira, Arab Saudi sampai dengan sekarang.
a. Profile singkat Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad saw dilahirkan di Makkah, kira-kira 200 M dari Masjidil Haram, pada senin menjelang terbitnya fajar 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M. Dinamakan tahun Gajah karena pada waktu itu bala tentara Abrahah dari Yaman menyerang Ka’bah dengan maksud akan meruntuhkannya. Mereka datang dengan mengendarai Gajah. Namun penyerangan itu gagal total karena Allah mengirim burung Ababil yang menjatuhkan batu-batu dari neraka kepada mereka. Seperti yg diceritakan Allah swt pada surat Al Fiil.
1. Pengertian Islam Secara Etimologis.
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya slamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT,
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112).
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya.[[1]]
Hal senada dikemukakan Hammudah Abdalati [[2]]. Menurutnya, kata “Islam” berasal dari akar kata Arab, SLM (Sin, Lam, Mim) yang berarti kedamaian, kesucian, penyerahan diri, dan ketundukkan. Dalam pengertian religius, menurut Abdalati, Islam berarti "penyerahan diri kepada kehendak Tuhan dan ketundukkan atas hukum-Nya" (Submission to the Will of God and obedience to His Law).
Hubungan antara pengertian asli dan pengertian religius dari kata Islam adalah erat dan jelas. Hanya melalui penyerahan diri kepada kehendak Allah SWT dan ketundukkan atas hukum-Nya, maka seseorang dapat mencapai kedamaian sejati dan menikmati kesucian abadi.
Ada juga pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada empat yang berkaitan satu sama lain.
1. Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
2. Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
3. Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
4. Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalamadan sallama.
2. Pengertian Islam secara Terminologis
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Cukup banyak ahli dan ulama yang berusaha merumuskan definisi Islam secara terminologis. KH Endang Saifuddin Anshari[[3]]mengemukakan, setelah mempelajari sejumlah rumusan tentang agama Islam, lalu menganalisisnya, ia merumuskan dan menyimpulkan bahwa agama Islam adalah:
· Wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap persada.
· Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lainnya.
· Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat.
· Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariatm dan akhlak.
· Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran yang merupakan kodifikasi wahyu Allah SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah Saw.
3. Konsep Ketuhanan dalam Agama Islam.
Ayat diatas mengandung sejarah pertanyaan kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad saw tentang nasab dari Rabb Nabi Muhammad saw. Imam Ahmad meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab bahwa orang-orang kafir Quraisy pernah berkata, “ Hai Muhammad, terangkanlah kepada kami tentang nasab Rabb-Mu??”. Maka Allah swt. berfirman yang tercantum dalam Al-Qur’an surah al-Ikhlas ayat 1-4. Dalam riwayat lain, Ikrimah mengatakan: “ketika orang-orang yahudi mengatakan: “Kami menyembah ‘Uzair putera tuhan, orang Nasrani mengatakan: “Kami menyembah Al-Masih putera tuhan, orang Majusi mengatakan: “Kami menyembah matahari dan bulan”, dan orang musyrik mengatakan: “Kami menyembah Berhala”. Maka Allah berfirman “Dia-lah Allah, yang Maha Esa”.[4][2] Artinya adalah Dia-lah yang Tunggal dan satu-satunya, Dia yang maha esa tanpa ada yang menandingi dan menyerupai-Nya. Dan gelar itu tak bisa digunakan siapapun untuk diberikan penetapan kecuali hanya Allah swt.
Inti dari ayat diatas adalah menjelaskan tentang ke-Esa-an Allah sebagai tuhan umat islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Dan manusia tidak boleh mempersekutukannya dengan sesuatu apapun. Karena Allah adalah yang Maha Tunggal, Maha Sempurna. Umat islam wajib menyakini bahwa tuhan yang patut disembah hanyalah Allah yang Esa. Segala ibadah yang dilakukan semata-mata hanya mengharap ridho dari-Nya. Karena Allah lah yang memiliki segala apa yang ada dibumi dan dilangit dan hal ini merupakan bentuk kemutlakkan-Nya sebagai tuhan pencipta alam semesta dan seluruh jagat raya beserta isinya. firmanNya dalam surah Al-Ankabuut : 61
4. ûÈõs9ur NßgtFø9r'y™ ô`¨B t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur t¤‚y™ur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur £`ä9qà)u‹s9 ª!$# ( 4’¯Tr'sù tbqä3sù÷sムÇÏÊÈ
Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).
Jelas sudah bahwasanya Esensi Tuhan dalam ajaran islam adalah Esa(tunggal) yakni Allah yang Maha Esa, tidak ada yang mengingkari ke-Esa-an Allah. Dan sejak Azali Allah telah ada, Dia tidak mati dan tidak pula ada akhirnya. Karena Allah memang selalu ada dan akan terus ada. Disisi lain ketika islam turun yang di bawa oleh Nabi Muhammad yang di ajarkan pertama kali adalah tauhid, selama 13 tahun beliau mengajarkannya di kota makkah. Beliau mengubah umat yang terpecah belah menjadi umat yang bersatu, membawa umat yang tenggelam dalam kemusyrikan menjadi umat yang bertauhid yang meng-Esa-kan Allah swt sebagai tuhan umat islam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Itulah ajaran pertama islam dimana umatnya diwajibkan untuk mentauhidkan Allah swt sebagai pencipta, pelindung dan sesembahan yang berhak untuk disembah.
Dalam bahasa ilmiah dikenal dengan Monoteismeyaitu mempercayai adanya satu tuhan. Tentunya lawan dari monoteisme adalah politeismeyakni percaya lebih dari satu tuhan. Paham monoteisme inilah yang dianut oleh umat islam dalam beragama. Islam sebagai agama samawi yang diyakini oleh umatnya sangat menjunjung tinggi ke-Esa-an tuhan.
B. PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM
1. Masa Awal Perkembangan Agama Islam.
Agama Islam lahir dan tumbuh di Jazirah Arab, tepatnya dikota Mekkah. Agama ini pertama kali diperkenakan oleh Nabi Muhammad SAW, sekitar abad ke-7 M. Pada awal perkembangannya, agama Islam sangat ditentang oleh masyarakat Mekkah, terutama oleh pemimpin-pemimpin suku Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, 5 faktor yang mendukung suku Quraisy menentang seruan islam yaitu:
· Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
· Nabi Muhammad SAW menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Atau disebut dengan tidak adanya perbudakan.
· Para penmimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
· Patuh kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berakar pada bangsa Arab.
· Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
2. Masa Kekhalifaan
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, muncullah para khalifah (wakil pengganti) Rasul Allah. Para khalifah ini hanya menggantikan dalam hal mengatur hidup kaum Muslimin menurut agama Islam. Masa kekhalifahan Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq sampai Khalifah Ali bin Abi Thalib biasa disebut dengan Khulafa’ur Rasyidin (Pengganti Rasulullah yang bijaksana). Khalifah yang pernah berkuasa diantaranya, adalah:
1. Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq
· Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq merupakan khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
· Masa kepempininannya hanya 2 tahun (632-634).
· Terjadi perang Riddah (perang yang dilakukan kaum muslimin melawan kemurtadan).
· Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq berhasil mengembalikan suku-suku Arab ke jalan Islam dan membasmi nabi-nabi palsu, seperti Tulaiha.
· Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq mulai mengumpulkan lembaran surat-surat Al-Quran.
2. Khalifah Umar bin Khattab
· Masa kepemimpinannya adalah 10 tahun (634-644).
· Melakukan gelombang ekspansi ke luar daerah Arab.
· Kekuasaan Islam telah mencakup Jazirah Arab, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
· Khalifah Umar bin Khattab mendirikan Baitul Maal, menempa uang, dan menciptakan Tahun Hijriah.
· Khalifah Umar bin Khattab dibunuh oleh seorang budak Persia yang bernama Abu Lu’lu’ah.
3. Khalifah Usman bin Affan
· Khalifah Usman memerintah selama 12 tahun (644-655).
· Kitab Al-Quran secara resmi dibukukan.
· Beliau membangun bendungan yang menjaga arus banjir dan mengatur pembagian air ke kota-kota.
· Beliau juga membangun jalan-jalan, jembatan, masjid, dan memperluas masjid Nabi Muhammad di Madinah.
· Kekuasaan Islam meluas hingga ke daerah Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, sebagian Persia, Transoxania, dan Tabaristan.
· Dalam masa pemerintahannya terjadi ketidakpuasan di kalangan umat Islam.
· Beliau dibunuh oleh kaum pemberontak pada tahun 35 H (655)
4. Khalifah Ali bin Abi Thalib
· Masa pemerintahannya hanya 6 tahun.
· Pada masa pemerintahannya, Khalifah Ali bin Abi Thalib menghadapi berbagai pergolakan.
5. Khalifahan Ummayah
Setelah kedudukan khalifah dikuasai oleh keluarga Ummayah (661-750 M). Pusat kekuasaan negara Islam dipindahkan keluar Jazirah Arab, yaitu ke Syria(Damaskus). Pada masa ini, dasar-dasar demokrasi Arab lenyap, karena jabatan khalifah dipegang secara turun temurun. Hidup khalifah sama dengan hidup raja dengan kekuasaannya yang mutlak. Wilayah kekuasaaan negara islam pada masa ini meliputi wilayah yang sangat luas. Ke sebelah barat sampai ke daerah spanyol dan ke sebelah timur kedaerah Pakistan dan Asia Tenggara. Kekhalifahan Abbasiyah Pada masa ini pusat kekhalifahan dipinahkan dari Damaskus ke Bagdad. Kekhalifahan Abbasiyah (750-1258 M) mengalami perkembangan yang cukup pesat dan pada masa pemerintahan Harun Al Rasyid (786-809 M) mencapai puncak yang gemilang.
Hal ini tak lepas dari :
· Bagdad merupakan pelabuhan transito dan perdagangannya maju pesat
· Buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan baik dari Yunani maupun dari Persiaditerjemahan kedalam bahasa dan huruf Arab.
· Harun Al Rasyid mengadakan persahabatan dengan Karel Agung (Perancis).
7. Kekhalifahan Cordoba
Pada masa kekuasaan Abdur Rachman III, Cordoba menyatakan dirinya sebagai khalifah dan kedudukannya seimbang dengan kekhalifahan Bagdad (929 M). Pada jaman kekhalifahan Cordoba ilmu Pengetahuan dan kebudayaan berkembang pesat.
Faktor-faktor yang mendorong cepatnya penyebaran agama Islam di luar Jazirah Arab adalah sebagai berikut:
1. Islam merupakan agama yang mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhan, serta hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat.
2. Islam mengajarkan pentingnya dakwah untuk menyebarluaskan agama Islam.
3. Islam datang dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk memeluk agama Islam.
C. Kitab Suci Agama Islam
Al-Qur’ān (Arab: القرآن ) adalah kitab suci agama Islam.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui perantaraan Malaikat Jibril.
Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5.
Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5.
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya” ibadah”.
Etimologi.
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”.
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizatyang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.
Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"
Al-Qur'an tidak turun sekaligus, ayat-ayat al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkahdan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian RasulullahSAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrahberlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah. Ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan disebut Asbabun Nuzul (Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat).
Kemurnian Kitab Al-Quran ini dijamin langsung oleh Allah, yaitu Dzat yang menciptakan dan menurunkan Al-Quran itu sendiri. Dan pada kenyataannya kita bisa melihat, satu-satu kitab yang mudah dipelajari bahkan sampai dihafal oleh beribu-ribu umat Islam.
Pokok ajaran agama Islam.
Aqidah
Aqidah secara etiologi adalah ikatan sangkutan. Secara teknis artinya kepercayaan, keyakinan, iman. Aqidah adalah bagian asas atau dasar. Jadi, secara bahasa Aqidah adalah sesuatu yang telah dipercayai / diyakini benar.
Adapun secara terminology menurut Ulama Islam, aqidah ialah kepercayaan yang sesuai dengan kenyataan yang dapat dikuatkan dengan dalil.
Aqidah membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan Allah dan sifat-sifat-Nya, yang berkaitan dengan rasul-rasul-Nya, dan juga yang berkaitan dengan malaikat, kitab-kitab, hari akhir, dan takdir (qodho dan qodar). Hal tersebut terdapat dalam firman Allah Surat Al-Baqarah : 285
Artinya : “Rasul telah beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadanya oleh Tuhan-Nya dan juga orang-orang yang beriman. Semua mereka telah beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab dan rasul-rasulNya. Kami tidak membedakan salah seorang dari rasul-rasul itu dari lainnya.” (QS. Al-Baqarah : 285)
Dan juga firman Allah dalam Surat Al-Baqarah : 4
Artinya : “Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu, dan kepada apa yang diturunkan sebelummu, dan mereka yakin akan adanya hari akhirat.” (QS. Al-Baqarah : 4)
Dan juga firman Allah dalam Surat Al-Baqarah : 49
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan segala sesuatu dengan kadar (ketentuan).” (QS. Al-Qomar : 49)
Berdasarkan nas-nas yang tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa rukun iman itu ada 6, yaitu : iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada rasul-rasul, iman kepada hari akhirat, dan iman kepada qadha dan qadar.
- Iman Kepada Allah
Bahwa beriman kepada Allah adalah dasar iman. Dari ajaran asas ini timbullah bagian-bagian atau rukun-rukun iman yang lain. Bahwa beriman kepada wujud Allah beriman kepada yang gaib dan beriman kepada yang goib memerlukan dalil-dalil yang rasional untuk membuktikan kebenaran keimanan itu.
Dalil-dalil rasional dalam berbagai bentuknya mengenai wujud Allah telah pernah dibuat orang, terutama para filosofis, dan ini merupakan warisan yang sangat berharga bagi umat beragama.
Semua dalil itu menunjukkan kesepakatan mereka bahwa Allah itu ada dan Dia adalah Pencipta dan Pengendali alam semesta.
Iman itu pada hakekatnya merupakan karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki seperti halnya rezeki yang hanya diberikan kepada yang dikehendaki-Nya. Adapun orang-orang yang tidak memperoleh karunia dan hidayah iman itu dan karenanya tidak mengakui wujud Allah sebagai Pencipta alam semesta, maka orang tersebut dipandang sebagai orang kafir. Orang-orang yang seperti ini disebut dalam Al-Qur’an surat al-An’am : 111 dan al-A’raf : 178-179.
Artinya : “Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu kehadapan mereka niscaya mereka tidak juga beriman, kecuali Allah menghendaki. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. al-An’am : 111)
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isis neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami, dan mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang, bahkan mereka lebih sesat lagi.” (QS. Al-A’raf : 49)
Al-Qur’an membawa berbagai dalil dan bukti yang pasti dan meyakinkan dalam ayat-ayatnya dan mengajak manusia mempergunakan nalarnya, sehingga dengan itu mereka mengakui adanya Allah dan tidak akan menyembah akan selain-Nya.
- Iman Kepada Malaikat
Rukun iman yang kedua adalah beriman kepada Malaikat. Kata malaikat adalah kata jama’ dari kata malak yang berasal dari kata alukah (اَلُوْكَةْ) yang berarti risalah.
Dalam Al-Qur’an terdapat kira-kira 75 ayat yang didalamnya disebut kata “malaikat” dalam berbagai munasabah. Ada yang berkaitan dengan tugasnya, dengan sifat-sifatnya dan hakikatnya. Jumlah malaikat banyak sekali dan hanya Allah yang maha tahu bilangannya, seperti yang tersebut dalam Surat Al-Muddatstsir : 31. Allah berfirman :
.
Artinya : “Dan tidak ada yang mengetahui tentara (malaikat) Tuhanmu melainkan Dia sendiri..” (QS. Al-Muddatstsir : 31)
Sifat-sifat malaikat itu ialah :
1. Malaikat diciptakan Allah dari cahaya (nur)
2. Malaikat tidak dapat dilihat oleh manusia
3. Malaikat dapat membentuk diri dalam wujud manusia
4. Malaikat mempunyai kekuatan yang luar biasa dengan izin Allah
5. Malaikat senantiasa bertasbih siang dan malam memuji Allah
6. Malaikat tidak mempunyai hawa nafsu
7. Malaikat senantiasa tunduk dan patuh sepenuhnya kepada perintah Allah.
Tugas-tugas malaikat itu, antara lain :
1. Jibril ditugaskan untuk menyampaikan wahyu kepada rasul-rasul-Nya.
2. Mikail ditugaskan untuk menurunkan hujan dan memberi rizki kepada makhluk.
3. Israfil ditugaskan untuk meniup sangkakala pada hari akhir.
4. Izrail ditugaskan untuk mengambil ruh manusia.
5. Delapan malaikat yang ditugaskan Allah untuk memikul ‘Arasy pada hari akhirat seperti yang disebut dalam surat al-Haaqqah : 17
Artinya : “Dan malaikat-malaikat berada dipenjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan malaikat memikul ‘Arasy Tuhanmu diatas (kepala) mereka. (QS. Al-Haaqqah : 17)
6. Ridwan ditugaskan oleh Allah untuk menjaga surga.
7. Zabaniyah yang diberi tugas oleh Allah untuk menjaga neraka yang jumlahnya sembilan belas malaikat dan diketuai oleh malaikat Malik.
8. Raqib dan Atid bertugas mencatat amalan manusia.
9. Munkar dan Nakir bertugas menanyakan orang dalam kuburnya tentang Tuhan, agamanya, nabinya, dan lain-lain.
10. Para malaikat bertugas meminta ampun kepada Allah bagi orang-orang yang beriman dan berdo’a bagi kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
- Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Rukun iman yang ketiga adalah iman kepada kitab-kitab Allah yang telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya. Sumber pengetahuan kita dalam masalah ini adalah kitab suci Al-Qur’an. Didalam kitab suci yang lain yaitu kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud, dan kitab Injil yang diturunkan Allah kepada nabi Isa as, serta dua shuhuf, yaitu shuhuf Ibarahim dan shuhuf Musa. Dan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW, firman Allah dalam surat Ali ‘Imran : 3
Artinya : “Dan menurunkan al-kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya, membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.” (QS. Ali ‘Imran: 3)
Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir yang diturunkan Allah untuk umat manusia sebagai tuntunan dan hidayah dalam kehidupannya didunia ini. Hanya dengan beriman dan berpedoman kepada ajaran Al-Qur’an, manusia akan senantiasa berada pada jalan yang lurus, jalan yang haq yang menjamin kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Allah berfirman surat Al-Israa’ : 9
Artinya : “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Ali ‘Israa’ : 9)
- Iman Kepada Nabi dan Rasul
Iman kepada nabi dan rasul merupakan rukun iman yang ke empat. Didalam buku-buku ilmu tauhid disebutkan bahwa antara Nabi dan Rasul ada perbedaan tugas utama. Para Nabi menerima tuntunan berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada umat manusia. Oleh karena itu seorang Rasul adalah Nabi, tetapi seorang Nabi belum tentu rasul.
Ada pendapat dari hasbi Ash Shiddieqy yang dikutip (Nasruddin Razak, 1977 : 44 ) jumlah para rasul yang pernah diutus Tuhan untuk memimpin manusia 313 orang sedang jumlah para Nabi 124.000 orang.
Dalam hubungan dengan “Iman kepada Rasul” perlu dijelaskan hal-hal berikut ini :
a. Nubuwwah (نُبُوَّةٌ)
Kata ini berasal dari kata naba’ (نَبَاءٌ) yang berarti “kabar” atau “berita”. Dalam pengertian syara’, nubuwwah adalah pemilihan atau penentuan Allah akan seseorang hamba-Nya untuk diturunkan wahyu kepadanya. Jadi, Nabi adalah seorang pilihan Allah untuk diturunkan wahyu kepadanya.
b. Risalah (رِسَالَةُ)
Dari segi lughat, kata ini berarti “memberi arahan dengan suatu tugas atau perintah”. Dalam pengertian syara’ kata ini berarti “pemberian tugas atau perintah oleh Allah kepada seorang Nabi untuk menyampaikan wahyu atau syari’at-Nya kepada manusia.” Jadi, Rasul adalah seorang Nabi yang ditugaskan Allah untuk menyampaikan wahyu atau firman-Nya kepada umat manusia.
- Iman Kepada Hari Akhirat dan Pertanggung Jawaban Manusia di Akhirat
Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhirat. Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya dengan orang tidak mempecayai agama Islam.
Menurut Abul A’la Maududi (Altaf Gauhar, 1983 : 13), manusia tidak dilepaskan begitu saja ke dunia ini sebagai binatang yang tidak bertanggung jawab. Ia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya itu kepada Allah.
Iman kepada hasri akhirat membuat manusia terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, manusia yang tidak percaya kepada hari akhirat dan memandang kehidupan didunia ini sebagai satu-satunya kehidupan. Kedua, manusia yang tidak menyangkal hari akhirat, tetapi bergantung kepada campur tangan atau bantuan pihak lain untuk mensucikan diri dan menebus dosa-dosanya. Ketiga, manusia-manusia yang yakin pada hari akhirat sebagaimana diterangkan dalam ajaran Islam.
- Iman Kepada Qadha dan Qadar
Yang dimaksud dengan qadha dan qadar ialah kehendak Allah yang azali menciptakan sesuatu dalam bentuk tertentu (qadha) kemudian Allah menjadikannya dalam wujud nyata yang konkrit sesuai dengan kehendak yang azali itu (qadar). Sebagian ulama menyatakan bahwa qadar ialah ketentuan Allah dalam azali dan qadha ialah pelaksanaannya dalam kenyataan ini.
Firman Allah dalam surat al-Qomar : 49 dan al-Furqan ; 2
Artinya : “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar.” (QS. Al-Qomar : 49)
Artinya : “Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukuran (qadar) dengan serapi-rapinya.”(QS. Al-Furqon : 2)
2.2 Syariat
Perkataan syari’at (syari’ah) (dalam bahasa arab) berasal dari kata syari’, secara harfiah berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim.
Syari’at adalah suatu jalan hidup yang ditetapkan oleh Allah sebagai patokan hidup setiap muslim.
Secara sederhana hukum syari’at adalah semua ketentuan hukum yang disebut langsung oleh Allah melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
Pembagian hukum syari’at Islam berdasarkan kerangka dasar agama Islam.
a. Ibadah (Rukun Islam)
- Syahadat
- Sholat
- Zakat
- Puasa
- Haji
b. Mu’amalah
- Hukum
- Pendidikan
- Politik
- Ekonomi
|
- Keluarga
- Sosial
- Budaya
- Filsafat
|
Aqidah adalah sesuatu yang diyakini (iman) kebenarannya sesuai dengan dalil / firman Allah SWT.
Aqidah meliputi rukun iman yang enam :
1. Iman kepada Allah SWT
2. Iman kepada kitab-kitab
3. Iman kepada rasul-rasul
4. Iman kepada hari akhir
5. Iman kepada ketentuan dan ketetapan (qadha dan qadar)
v Syari’at adalah suatu jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim berdasarkan apa yang ditetapkan hukum syari’at.
Syari’at dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Ibadah
2. Mu’amalah
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
-------------------------------------------
Terima Kasih, hanya itu yang bisa kami paparkan mengenai Makalah: Asal-usul Agama Islam. Semoga saja bermanfaat untuk Kita semua, sebelumnya kami mintaa maaf kepada situs referensi, karena tidak sempat menampilkan url dan daftar bacaan. Sekali lagi mohon maaf. Semoga ini bisa menjadi Nilai ibadah bagi Anda. Amin, sekian dan terima kasih. Jangan lupa baca Makalah: Pandangan Islam Terhadap Agama Lain