-->
Home , → Pengertian Pribadi dalam Trinitas atau Tritunggal

Pengertian Pribadi dalam Trinitas atau Tritunggal

Thursday 11 September 2014
Pengertian Pribadi dalam Trinitas atau Tritunggal
Allah di dalam Alkitab menyatakan Diri kepada manusia yang diciptakanNya sebagai Bapa, Firman (Anak), dan Roh Kudus. Umat Krisitiani mengenal Allah sedemikian rupa dan membentuk istilah Allah Tritunggal: Allah (Bapa), Allah (Anak), dan Allah (Roh Kudus) merupakan inti ajaran Kristen. Ketiga Pribadi adalah sama, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya. Ketiganya satu dalam esensi dan memiliki sifat yang sama. Ke-mahakuasa-an, ke-tidak-berubah-an, ke-mahasuci-an, ke-tidak-tergantung-an, dimiliki oleh masing-masing Pribadi Allah.

Yohanes Calvin menjelaskan bahwa ketiga Pribadi tersebut tidak dapat dipisahkan menjadi tiga sosok yang terpisah.[12] Masing-masing Pribadi adalah Allah, dan mereka disembah dalam Keesaan, bukan dalam tiga Pribadi yang terpisah ketika orang memanggil-Nya di dalam doa atau ketika Allah mewujudkan karya-Nya bagi penciptaan dan pemeliharaan manusia dan alam semesta. Allah Bapa bukan Allah Putra; Allah Putra bukan Allah Roh Kudus; dan Allah Roh Kudus bukan Allah Bapa. Ketiganya dapat dibedakan, tetapi di dalam esensi tidak terpisahkan. Ketiga gelar atau sebutan tersebut digunakan untuk menunjukkan bahwa ada kekhasan dalam cara Allah turun ke dunia ini, meskipun dalam satu pekerjaan.[12]

Para teolog Nicea kuno menyatakan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan oleh Tritunggal dilakukan oleh Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus dalam satu kesatuan dan satu kehendak. Ketiga pribadi Tritunggal selalu bekerja tidak terpisahkan, karena karya itu selalu merupakan karya satu Allah. Karena adanya kesatuan kehendak ini, kehendak Sang Putra tidak dapat berbeda dengan kehendak Sang Bapa, karena kehendak itu merupakan kehendak satu Allah. Hubungan perintah dan ketaatan antara Allah Bapa dan Putra, merupakan kenyataan bahwa kehendak mereka tidak dapat berbeda sebagai suatu Tritunggal.[13] Untuk hal ini St. Basil mengamati "Ketika Ia berkata, "Aku tidak berbicara mengenai diri-Ku sendiri", dan lagi, "Seperti Bapa mengatakan kepada-Ku, demikianlah yang Aku katakan", dan "Perkataan yang kalian dengarkan bukanlah perkataan-Ku, melainkan [dari Bapa] yang mengutus Aku", dan di tempat lain, "Seperti Bapa telah memberikan perintah ini kepada-Ku, demikianlah Aku memberikannya", ini bukan karena Ia kekurangan kebebasan berhendak atau inisiatif, atau juga bukan karena Ia harus menunggu suatu ucapan yang sudah diatur sebelumnya (preconcerted key-note), sehingga Ia menggunakan bahasa semacam itu. Tujuan-Nya adalah untuk membuat menjadi jelas bahwa kehendak-Nya sendiri dikaitkan dalam persatuan tak terceraikan dengan Bapa. Jadi, janganlah kita memahami apa yang disebut sebagai suatu "perintah" adalah suatu mandat yang disampaikan (peremptory mandate) dengan organ tubuh untuk berbicara, dan memberikan perintah kepada Sang Putra, seperti kepada bawahan, mengenai apa yang harus dikerjakan-Nya. Namun, marilah kita memahaminya sebagai penyampaian kehendak, sebagaimana sepatutnya Sang Allah, seperti suatu refleksi benda di depan cermin, disampaikan tanpa perbedaan waktu dari Bapa kepada Putra."[14] Demikianlah ketiga Pribad dalam Tritunggal ini saling memberikan kesaksian satu sama lain:

• Dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
"Roh Kudus" memberi kesaksian dalam rupa burung merpati; "Allah Bapa" memberi kesaksian dalam wujud suara dari langit yang menyebut "Anak-Ku (= Putra-Ku)" untuk menyatakan "Allah Putra".
• "Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dia-lah yang melakukan pekerjaan-Nya.”
"Allah Putra", yaitu Yesus Kristus, memberi kesaksian tentang "Allah Bapa" dengan menyatakan bahwa perkataan-Nya merupakan perkataan "Bapa".
Kesaksian satu sama lain dari tiga Pribadi ini memberikan suatu pengesahan terhadap pernyataan dan pengajaran Yesus Kristus:
• "Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar." (Kesaksian Allah Putra didukung oleh kesaksian Allah Bapa)
• "Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah.” (Kesaksian Allah Bapa dan Allah Putra bersama-sama)
• "Ini adalah untuk ketiga kalinya aku datang kepada kamu: Baru dengan keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara sah" (Paulus mengingatkan hukum pengesahan kesaksian menurut Taurat dan Injil, yaitu harus ada dua atau tiga saksi untuk mengesahkan)