-->
Home , → Fungsi Unsur-unsur Kebudayaan

Fungsi Unsur-unsur Kebudayaan

Sunday 30 March 2014
Fungsi Unsur-unsur Kebudayaan - Beberapa ahli antropologi lain berusaha mencapai pengertian mengenai integrasi kebudayaan dan jaringan berkait antara unsur-unsurnya dengan meneliti fungsi unsur-unsur tersebut. Istilah “fungsi” dapat digunakan dalam bahasa sehari-hari atau bahasa ilmiah dengan arti yang berbeda-beda. Pemakaian istilah itu dalam tulisan-tulisan menurut para ahli antropologi M.E. Spiro adalah bentuk:

1. Menerangkan fungsi itu sebagai hubungan antara suatu hal dengan suatu tujuan tertentu(misalnya mobil mempunyai fungsi sebagai alat untuk mengangkut manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain;

 2. Menjelaskan kaitan antara suatu hal(X) dengan hal lain(Y),sehingga apabila nilai S berubah,maka nilai Y yang ditemukan oleh X,juga berubah;

3. Menerangkan hubungan yang terjadi antra suatu hal dengan hal-hal lain suatu sistem yang terintegrasi(suatu bagian dari organisasi yang berubah menyebabkan perubahan pada berbagai bagian lain dan malahan dapat menyebabkan perubahan dari seluruh organism). 

“Fungsi” dalam arti yang pertama merupakan istilah yang umum,baik dalam bahasa ilmiah maupun dalam bahasa sehari hari. Dalam ilmu pasti,tetapi juga dalam ilmu ilmu social,artinya dari kedua istilah itu sangat penting,dan dalam arti ketiga terkandung kesadaran akan adanya integrasi kebudayaan

Anthropology - Fungsi Unsur-unsur Kebudayaan
Sumber Gambar : antrosa.blogspot.com
Pandangan bahwa kebudayaan yang hidup sebagai sistem yang terintegrasi,mulai berkembang sejak tahun 1925,dengan terbitnya suatu buku etnografi B. Malinowski tantang penduduk Kepulauan Trobriand,yaitu The Argonauts Of The Western Pacific(1922). Buku yang mengenai orang Papua tersebut ditulisnya dengan gaya bahasa yang memukau dan dengan cara yang khas. Fokus dari buku tersebut adalah sistem pelayaran untuk perdangan antar pulau,yang dalam bahasa setempat disebut kula. Perahu-perahu bercadik yang digunakan untuk pelayaran tersebut menempuh jarak puluhan mil dan berlangsung berbulan-bulan,untuk memperdagangkan benda-benda suci(sulava) berupa kalung-kalung terbuat dari kerang secara barter dengan benda-benda suci lainnya yang bernama mwali,berupa gelang-gelang dibawa oleh perahu-perahu yang datang dari arah yang berlawnan. Bersamaan pertikaran benda-benda suci itu,terjadi juga berbagai transaksi perdagangan dan barter dari sejumlah benda ekonomi. 

Jalan pikiran mengenai masalah fungsi dari unsur-unsur kebudayaan terhadap suatu kehidupan masyarakat,yang mulai muncul setelah terbitnya tulisan Malinowski tersebut di atas,kemudian disebut aliran Fungsionalisme. Dalam aliran itu ada berbagai pendapat mengenai fungsi dasar dari unsur-unsur kebudayaan manusia,yang dalam buku ini tidak usah diuraikan panjang lebar,walaupun pendapat Malinowski sendiri mengenai masalah itu ada gunanya kita tinjau di sini. Menurut Malinowski,berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam suatu masyarakat gunanya untuk memuaskan sejumlah hasrat naluri manusia. Karena itu unsur “kesenian”,misalnya,befungsi memuaskan hasrat naluri manusia akan keindahan;unsur “sistem pengetahuan” untuk memuaskan hasrat untuk tahu. Andaikata kita dapat membuat suatu daftar yang sangat lengkap dari semua hasrat naluri manusai di sebelah kiri,maka di sebelah kanan dapat dibuat daftar dari unsur-unsur kebudayaan manusai yang sejajar dengan hasrat-hasrat tadi(tentu ada unsur-unsur kebudayaan yang berfungsi untuk lebih dari satu hasrat,seperti misalnya keluarga,yang dapat berfungsi memenuhi hasrat akan perasaan aman dan mesra,tetapi juga akan prokreasi;dan rumah dapat memenuhi kebutuhan akan perlindungan fisik,tetapi juga gengsi atau keindahan). 

Teori mengenai fungsi kebudayaan dikembangkan Malinowski pada skhir hayatnya,sehingga tertibnya sehingga terbitnya buku yang terbuat yang memuat teori itu,yaitu A Scentific Theory Of Culture And Other Essays(1944) tidak sempat dialaminya. 

Focus kebudayaan. Dalam berbagai kebudayaan terdapat satu atau beberapa unsur kebudayaan atau pranata yang menjadi unsur pusat dalam kebudayaan yang bersangkutan,sehingga unsur digemari oleh warga masyarakat dan medominasi berbagai aktivitas atau pranata lain yang ada. Contoh adalah kesenian dalam masyarakat orang bali,gerakan kebatinan dan mistik dalam kebudayaan golongan pegawai negri(yaitu priyayi) di JawaTengah,perang antarfederasi kelompok kekerabatan dalam masyarakat suku bangsa Dani di IrianJaya(yang sejak tahun 1970-an sudah tidak diperkenankan lagi),atau kula dalam masyarakat penduduk Trobriand. Suatu kompleks unsur-unsur kebudayaan yang tampaknya sangat digemari warga masyarakat sehingga mendominasi seluruh kehidupan masyarakat yang bersangkutan,oleh ahli antropologi Amerika R. Lointin disebut culturan interest atau social interest. Untuk penggunaannya dalam bahasa Indonesia,penulis mengusulkan istilah “fokus kebudayaan”,yaitu suatu istilah yang untuk pertama kali digunakan oleh M.J. Herskovits. 

Etos Kebudayaan. Dari suatu kebudayaan dapat tampak suatu watak khas(ethos),seperi yang tampak misalnya pada gaya tingkah laku,kegemaran,atau benda-benda budaya hasil karya para warga masyarakatnya. Dengan demikian orang Batak yang mengamati kebudayaan Jawa yang baginya orang asing,mungkin akan mengatakan bahwa watak khas kebudayaan Jawa memancar keselarasan,kesuraman,keterangan yang berlebihan sehingga dapat disebut lamban,serta tingkah laku yang mendetil(njlimet),dan gemar akan karya serta gagasan yang terbelit-belit. Gambarannya mengenai watak kebudayaan Jawa itu kemudian mungkin diilustrasikannya sebagai berikut:memiliki bahasa yang terpecah ke dalam tingkat-tingkat bahasa yang sangat rumit dan rinci,sopan santun dan gaya tingkah laku yang mencela gaya bicara dan tertawa yang keras,gerak-gerik yang rebut dan agresif,tetapi menilai tinggi tingkah laku yang tenang tetapi tidak tergoyahkan,kesenangan akan warna-warna gelap,seni suara yang gamelan tidak keras,benda-benda kesenian dan kerajinana hiasan-hiasan yang sangat mendetil,dan lain-lain. 

Dalam antropologi,penelitian-penelitian mengenai watak kebudayaan seperti itu diperoleh oleh Ruth Benedict,yang menggambarkan watak kebudayaan dari beberapa suku bangsa Indian,yaitu suku bangsa Indian Krow yang pernah menghuni daerah padang rumput dan berburu banteng bison,kebudayan suku bangsa elah Indian Zuni yang bermata pencarian sebagai petani jagung dan tinggal di daerah gurun di New Mexico,kebudayaan suku bangsa Indian Kwakiutl yang tinggal di pantai barat Kanada dan menjadi pemburu ikan salem dan ikan paus,serta kebudayaan penduduk Pulau Dobu yang terletak di sebelah tenggara Papua Niugini(yakni di Kepulaun d’Entrecasteaux). 

Anthropology - Fungsi Unsur-unsur Kebudayaan
Sumber Gambar :
antrosa.blogspot.com

Dengan cara menganalisis adat sopan santun,upacara pacara keagamaan,cerita cerita dongen,ataupun hasil kerajinan menurut Benedict warga kebudayaan Crow bersifat agresif,watak kaku,menghargai insentif,dan beranggapan bahwa keteguhan iman diperoleh dengan jalan yang menyakiti diri sendiri dan memilih jalan yang sukar. Karena sifat-sifat tersebut mirip dengan sifat-sifat dimiliki oleh dewa Dionysus dalam mitologi Yunani Klasik,kebudayaan Indian Crow olehnya disebut memiliki watak Dionysian. Demikian warga Zuni yang berwatak tenang dan menghendaki keselarasan dalam kehidupannya disebut watak Apollonian,karena mirip watak dewa Yunani Apollo. Watak khas sifat pengecut yang menggunakan sihir dan guna-guna untuk merugikan orang lain. Watak khas suku bangsa Kwakiutl memancarkan sifat agresif,bersaing,dan membusal,menurut R. Benedict mirip sifat-sifat penderita penyakit jiwa paranoia mengalamania. 

Pelukisan Benedict mengenai watak khas para warga suku-suku bangsa terurai di atas berikut uraian tentang metode analisa kebudayaan secara holistic,maupun cara-cara untuk mendapatkan pengertian tentang suatu kebudayaan secara terintegrasi,termaktub dalam bukunya Patterns Of Culture(1934). Dengan pattern yang dimaksudkan oleh Banedict adalah “pola watak”. Sebenarnya penulis lebih menyukai istila “pola” untuk tingkah laku atau tindakan,dan “etos” untuk wayak khas. Kepri badian Umum. Metode lain yang pernah dikembangkan para ahli antropologi untuk melukiskan suatu kebudayaan secara holistic terintegrasi adalah dengan memusatkan perhatian pada kepribadian umum yang dominan dalam kebudayaan yang bersangkutan. Konsep “kepribadian umum” atau “kepribadian bangsa”(dalam bahasa Inggris disebut basicpersonality) itu mula-mula dikembangkan oleh R. Linton dan A.Kardiner dalam tahun 1930-an. 

Itulah tadi ulasan terperinci tentang Fungsi Unsur-unsur Kebudayaan semoga bermanfaat untuk Anda. Terimah Kasih
Tag »